twitter


     Tanpa kusadari bahwa keinginan untuk cepat meninggal dunia itu merupakan sebuah kesalahan. Ya, meski sebenarnya harus menjalani kesengsaraan yang amat sangat. Keinginan itu tidaklah baik karena bisa jadi jika bersabar atas kesengsaraan yang diterima itu, ia akan mendapatkan derajat dan kedudukan yang tinggi. Mungkin saja disisa umurnya, Allah memberikan rezki sehingga dapat melakukan amal perbuatan yang shaleh, atau malah dosa dan maksiat yang telah dilakukan akan diampuni.

     Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
"Janganlah salah satu kalian mengharapkan cepat mati, jika ia baik mudah-mudahan kebaikan itu bertambah dan jika ia jahat mudah-mudahan ia diampunkan."
     Sesungguhnya seorang hamba berada pada "tanah lapang" selama di dunia ini, oleh karena itu hendaklah selalu mengharapkan ampunan dan anugerah dari Allah. Hendaklah selalu mengajukan harapan dan sangat menginginkan rahmat Allah Ta'ala.

     Disinilah suatu kewajiban bagi seorang hamba untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan menyerahkan diri dengan penuh kerendahan di hadapan Tuhan yang Maha Agung. Hendaklah itu dilakukan sebelum datang waktu dimana harapan seseorang sudah tiada guna lagi. Dimana hadirnya keinginan untuk mendekatkan diri dengan ketaatan, namun apa daya sudah tidak mampu melakukannya, atau ingin menghilangkan kemaksiatannya, namun sudah tak mampu lagi untuk menjalankan. Malah mengharapkan meninggal dunia dan tidak pula didapatkannya.

     Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Demi Dzat yang mana jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, Dunia ini tidak akan hilang hingga seorang laki-laki berjalan melalui sebuah kubur dan ia berhenti di atasnya sambil berkata: Mudah-mudahan aku berada di tempat pemilik kubur ini, dan tiada agama baginya kecuali hanya berupa balak dan siksaan."

     Berdasarkan sabda Beliau, sungguh begitu amat ruginya orang yang ingin segera meninggal dunia. Jika itu terjadi, bukan hanya meninggalkan kesedihan di keluarga. Siksa kubur pun didapatkannya.


Jika menentukan bentuk fisik kita saja tidak bisa, apalagi menentukan takdir kita. Hanya Allahlah yang berhak menentukan kelahiran manusia, lingkungannya, keluarganya, serta pengalaman yang akan ia dapatkan dalam hidupnya. Allah pulalah yang mengilhami kita kebijakan dan kebaikan.
Iman kita bahkan tidak bergantung pada karakter kita sendiri. Allah pulalah Yang Maha Esa yang memberikan kita keimanan. Dialah yang mengarahkan, mengajarkan, dan melatih, sebagaimana jawaban Musa a.s. atas pertanyaan Firaun, “Musa berkata, ‘Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.’” (Thaahaa: 50)

Bookmarks